Buat masyarakat dayak Tidung nama Raja Pandita begitu disegani tidak hanya tokoh yang anti penjajah ikut contoh. Sebab kegigihannya dalam memenentang Belanda, pada akhirnya Raja Pandita ditangkap serta diasingkan ke Kepulauan seribu. Raja Pandita asli etnik Tidung Malinau sudah sempat dicari makamnya oleh sanak keluarga ke pelosok tanah air. Pada akhirnya diketahui di Kepulauan Seribu yang diketahui dengan Pulau Tidung sampai sekarang ini, menjadi bentuk penghormatan pada etnik Tidung- Raja Pandita. Waktu prosesi pembongkaran kuburan diawali, Minggu pagi (3/7), cuaca di Kampung Baru – samping barat Pulau Tidung, begitu cerah. Tidak ada kendala apa pun saat ritual budaya Tidung diselenggarakan di lokasi itu.
Jasad Raja Pandita tidak diangkut ke Malinau Kalimantan Timur, tetapi disemayamkan di salah satunya pulau di Kepulauan Seribu Selatan yang sejak dahulu telah diberinama Pulau Tidung. Di pulau itu telah ada beberapa pemukiman masyarakat serta mereka telah akrab dikatakan sebagai masyarakat Tidung. Prosesi perpindahan dengan arak-arakan selama 3 Km. membelah pulau, diterima hangat masyarakat ditempat. Perpindahan dikerjakan sebab di kuburan yang lama didapati tanahnya memiliki masalah, hingga Instansi Kebiasaan Besar Tidung bersama dengan Pemkab Malinau berinisiatf mengalihkan ke tempat lebih aman. Yang aneh waktu berjalan prosesi penggalian, masyarakat yang menggali pendam sudah sempat tercengang, sebab sampai kini yang namanya ” semut kranggan ” termasuk juga type semut yang begitu ganas bila menusuk.
Tetapi kesempatan ini lainnya, semut kranggan yang ada diatas makam Raja Pandita malah jadi semut yang manis tidak ingin menggigit cuma melekat di kaki serta tangan beberapa penggali makam. Demikian juga keadaan tanah serta pasir yang berada di makam Raja Pandita, bau berbau wangi merebab.Kata masyarakat di sekitar makam tidak aeperti umumnya, malah waktu penggalian untuk di geser semerbab berbau wangi di Makam Raja Pandita. Keanehan yang lain ialah keadaan jasad Raja Pandita yang telah berusia beberapa ratus tahun itu tulang belulangnya masih tetap utuh, tengkorak serta rambut masih tetap ada. Begitu berlainan dengan keadaan tulang isterinya Tya serta anak semata-mata wayangnya Midun ,ustru telah jadi abu. Ketuiga jasad dibungkus kain kafan.
Bekas jasad yang sudah dibungkus kain kafan itu diserahterimahkan oleh masyarakat keturunan Tidung Pulau Seribu pada tiga perwakilan keluarga Raja Pandita dari Malinau. Waktu arak-arakan yang mengambil alih perhatian masyarakat Pulau Tidung dibarengi oleh TNI AD dari Kodim Raja Pandita Malinau. Bekas jasad Raja Pandita dibongkar bersama dengan istrinya, Thiya serta putranya, Midun. Lalu dipindahkan ke tempat TPU Kampung Tidung, samping selatan Pulau Tidung. TPU Pulau Tidung adalah wakaf dari keturunan Raja Pandita bernama Hamid. Di luar pagar TPU itu dibuat satu bangunan berupa museum kecil untuk mengubur jasad Raja Pandita serta keluarganya. Di kuburan yang mirip museum itu ikut dipasang beberapa info tentang silsilah serta perjuangan raja Pandita menantang Belanda di waktu perjuangan.