Kelenteng Jin De Yuan Jakarta adalah satu diantara kelenteng paling tua di Jakarta, dibangun pertama-tama pada 1650 oleh seseorang Letnan keturunan Tionghoa bernama Kwee Hoen. Kelenteng Jin De Yuan ada di Jl. Kemenangan III No. 13 (Petak 9) Glodok, serta sebab kelenteng Tri Dharma karena itu dia mempunyai altar untuk pengikut Tao, Confucius serta Budha.
Di dekat Kelenteng Jin De Yuan (Kim Tek Ie) ada dua kelenteng lain yang berumur lebih muda. Disana terdapat beberapa pengemis yang duduk mendeprok menanti derma. Nampaknya cuma di hari tersendiri derma itu diberikan oleh pengurus kelenteng. Saya melalui gapura penting dengan atap pelana susun tiga tertulis “Vihara Dharma Bhakti”, dan tulisan tiga huruf Tionghoa dibikin pas di bawahnya yang tentunya saya tidak pahami apakah itu berarti. Di halaman Kelenteng Jin De Yuan ada sepasang singa batu (Bao-gu shi) yang dibikin pada era ke-18, datang dari provinsi Kwangtung di Tiongkok Selatan. Pas di muka pintu masuk kelenteng, terpisah dari gedung penting ada bangunan segi-delapan dengan satu altar yang ditujukan buat pemujaan pada Dewa Langit.
Saat umur Kelenteng Jin De Yuan ini sampai hampir seabad, persisnya pada 9 – 12 Oktober 1740, berlangsung momen pembantaian seputar 10.000 orang etnis Tionghoa di Jakarta oleh penjajah Belanda, yang selanjutnya diketahui jadi Tragedi Pembantaian Angke.
Kelenteng Jin De Yuan turut juga dirusak serta dibakar dalam momen ini.Supremasi warna merah kuning kelihatan di Kelenteng Jin De Yuan. Di kiri kanan ada lubang angin bulat yang dipenuhi ukiran dan binatang Qi-Lin yang melambangkan peruntungan besar. Menggantung di depannya ada lampion bergambar harimau serta naga. Pada dinding yang lain ada relief burung dengan kepala berjengger seperti ayam dan seekor naga.