Satu potongan riwayat kelam bersemayam di Museum Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur. Terdapat persis di halaman belakang museum, satu gerbong berdiri kuat. Dari penampilan luar, gerbong berwarna hitam, abu-abu, serta putih itu terlihat tertangani dengan baik.
http://intuit.hol.es/wisata/museum-malang-tempoe-doeloe/
Catnya masih tetap utuh, juga keseluruhnya rangka yang terbuat dari besi. Selintas, gerbong itu tidak berkesan kedaluwarsa. Akan tetapi, dibalik kegagahan gerbong itu, tersimpan cerita pilu di waktu perjuangan menantang penjajah. Tidak bingung, gerbong ini juga dijuluki dengan panggilan “Gerbong Maut”. “Gerbong ini dipakai militer Belanda untuk membawa tawanan, beberapa orang Indonesia, dari Penjara Bondowo ke Penjara Bubutan di tahun 1947,” narasi Suryo, petugas Museum Brawijaya.
http://prediksibola.hol.es/wisata/sumber-krabyakan-malang/
Penjara Bondowoso ada di Kabupaten Bondowoso sesaat Penjara Bubutan ada di Surabaya. Ada tiga gerbong yang mengangkat beberapa tawanan. Tawanan ini ialah beberapa pejuang Indonesia yang menantang Belanda waktu itu. Kereta pergi pada 23 November 1947 di jam seputar jam lima pagi dari Stasiun Bondowoso serta sampai di Stasiun Wonokromo, Surabaya, seputar jam delapan malam.
http://intuit.hol.es/wisata/air-terjun-madakaripura/
Perjalanan yang menghabiskan waktu 16 jam itu yang mengantar beberapa tawanan pada maut. Satu cerita mencekam serta menyedihkan. Pikirkan saja bagaimana rasa-rasanya ada di mobil tertutup tiada pendingin hawa di siang hari bolong. Pasti tidak sebatas gerah, akan tetapi pun menyesakan. Keadaan di gerbong maut itu berulang-kali lipat mengenaskan.