Namanya diambil dari rumah kebiasaan yang bediri jadi simbol marga paling tua yang berada tinggal dalam suatu dusun kecil di desa Mahaniwa, terplecat dari peradaban modern. Tidak jauh berlainan dengan beberapa desa lainnya di Sumba Timur, yang membuatnya dikit berlainan ialah tempatnya yang termasuk strategis untuk menetap sebab di tanah sumba yang cukuplah kering Umandundu mempunyai sumber mata air yang melimpah.
Desa yang barusan mekar dari desa Ramuk ini ketinggiannya 300 mtr. mdpl jadikan suhu hawa di mahaniwa sejuk 1800 kembali dengan keadaan Waingapu yang beriklim pantai. Menurutku berada tinggal dalam tempat semacam ini akan membuat kami awet muda, hidup di dalam hawa yang bersih tiada polusi.
Baca Juga : https://oneclick.web.id/rumah-budaya-sumba/
Sejauh mata melihat ialah bukit bukit kapur serta jalan tanah yang memerah, rumah penduduknya masih tetap begitu jarang tersembunyi di antara lembah lembah bukit kapur yang gundul. Sejumlah besar wilayahnya bersebelahan langsung dengan lokasi rimba lindung Laiwangi Wanggameti. Lokasi taman nasional dengan spesies burung paling banyak dibanding dengan lokasi taman nasional lainnya di Nusantara.
Tiada kantor desa, tiada puskesmas, bahkan juga pasar cuma dapat didapati di desa tetangga yang jaraknya 6 km itupun cuma ada 2x dalam satu minggu, pada hari senin serta kamis. Beruntungnya dengan semua terbatasnya sarana yang ada, di dalam lembah diatara bukit kapur Umandundu berdiri satu sekolah Sekolah Basic Impres Umandundu yang lalu jadi cikal akan berdirinya SMP satu atap Umandundu, sekolah tempat kami bekerja mendidik saat satu tahun kedepan.